Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Teringat suatu momen di sore hari, saat hari-hari awal
Romadhon kemaren. Saat itu sedang membeli makanan untuk buka puasa -maklum saat
itu masih menyandang gelar “anak kost”- di suatu warung nasi. Bukan..bukan
warung nasinya yang menarik bagi saya, melainkan TV di warung nasi tersebut.
Bukan..bukan juga TV nya yang menarik, melainkan tayangan di TV tersebut yang
menarik. Saat itu Romadhon, jelas banyak acara TV berlomba menayangkan segala
hal berbau ke-Islam-an. Bahkan acara gosip pun tak kalah ingin menyajikan acara
beberbau Islam. Haha, walaupun jelas gak matching sementara gosip saja dilarang
dalam Islam. Baiklah, kembali ke ‘sesuatu’ yang membuat saya tertarik tadi,
jadi sore itu suatu acara gosip menayangkan berita seorang selebritis yang
membuka sebuah bisnis toko kerudung yang lagi “nge-trend” akhir-akhir ini.
Entahlah apa nama mode nya, yang jelas mode seperti itu memang sedang digemari
banyak muslimah. Dalam acara tersebut bahkan disebutkan bahwa sang selebritis
membuat satu buku khusus bagaimana membuat kreasi jilbab seperti yang
dipakainya. Seolah-olah beliau lah trend setter dari mode tersebut, dan semua
orang yang memakai jilbab seperti gayanya akan bangga dengan mengatakan bahwa
ia memakai jilbab ala sang selebritis.
Baiklah, banyak komentar yang
mengalir tentang jilbab mode ini. Komentar tersebut mengalir begitu saja tanpa
diminta, apalagi permisi. Yah, sesatu yang heboh pasti selalu mengundang
komentar, baik positif maupun negatif. Positifnya, berkat mode jilbab seperti
ini banyak orang yang tidak lagi memandang jilbab sebelah mata apalagi
mengatakan bahwa muslimah berjilbab itu kuno (astaghfirullah). Jilbab kini
digemari. Banyak yang hijrah untuk berjilbab. Seolah-olah gairah berjilbab kini
bangkit menjalari kaum muslimah, baik muda maupun tua. Jilbab pun tidak lagi
menjadi suatu yang monoton, berwarna-warni, “unyu-unyu kalo anak jaman sekarang
bilang.. Yah, begitu MENARIK..sangat MENARIK.
Lalu, bagaimana dengan saya?
Baiklah, ini blog saya, maka inilah tempat saya berkomentar (jd, please jangan
protes! Hehe). Seperti ada hitam maka ada putih, ada gelap ada terang, ada tua
ada muda, maka tak heran jika di samping komentar positif akan ada komentar
negatif. Dan saya adalah salah satu yang memiliki komentar agak negatif
terhadap mode krudung yang sedang “nge-trend” ini. Sungguh saya pun
menyayangkan diri sendiri kenapa harus menempatkan diri sebagai orang yang
memiliki kesan negatif terhadap sesuatu yang banyak orang nilai sebagai suatu
yang positif ini. Saya juga bingung, kenapa justru banyak kesan negatif yang muncul
di benak saya tentang jilbab mode ini. Hanya satu yang saya syukuri dari jilbab
mode ini: semangat berjilbab menjadi tinggi, selain itu saya rasa saya tidak
setuju.
Kenapa?
Saya coba mengingat definisi
jilbab yang pernah diuraikan oleh salah seorang pembicara dalam suatu seminar
tentang jilbab beberapa tahun yang lalu. Sang pembicara menguraikan definisi
jilbab berdasarkan Al-Qur’an: “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah
maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59). Jadi, jelas lah kalo jilbab
itu bukan penutup rambut atau kepala aja, tapi menutupi seluruh tubuh kecuali
yang biasa nampak. Truuuus, jilbab itu menutupi dada (QS. An-Nur: 31), jadi
apakah bisa disebut jilbab kalau tetap menonjolkan lekuk dada kita? Hmm..
Loh? Kan mode jilbab ini bisa
dipanjangin…Nutupin dada kok…
Oke, ini yang muncul di pikiran
saya tentang pernyataan ini:
Sekarang mari kita tanya dalam hati masing-masing, apa yang
kita harapkan saat orang lain melihat jilbab yang kita pakai? Apakah kita
berharap mereka akan mengagumi jilbab kita, mengatakan kita semakin cantik jika
berjilbab, atau bahkan berharap jilbab kita menarik bagi lawan jenis kita. Naudzubillahi mindzalik. Mari kita
jawab pertanyaan ini dengan jujur, setidaknya kita jujur pada diri kita
masing-masing: masihkah kita memiliki tujuan yang salah dalam berjilbab? Benar,
segala sesuatu bermula dari niat kita. Maukah nilai mulia jilbab yang kita
pakai luntur karna niat kita yang salah? Kita sama-sama tau mode jilbab yang lagi nge-trend ini lucu2 banget, menarik, warna-warni, "sesutu banget" kalo kata Syahrini, hehe... Saya pun teringat saat sang selebritis
diwawancarai tentang mode jilbab yang diusungnya itu. Intinya supaya jilbab terlihat
lebih menarik dan enak dilihat. Entahlah, mungkin saya yang salah dalam
mengartikan kalimatnya, namun menurut saya jilbab dipakai bukan agar kita lebih
menarik, justru agar hal-hal menarik pada tubuh kita tersembunyi dari
orang-orang yang haram melihatnya. Maka jika maksud kita berjilbab seperti itu
adalah agar lebih menarik, sekali lagi saya katakan periksa lagi tujuan jilbab
itu apa. Allah tidak akan salah menilai niat hambaNya.
Kenapa saya gak tertarik pada
jilbab mode ini? Satu jawaban saya: ya saya memang tidak tertarik. Saya akui
saya tidak pandai berkreasi seperti itu. Setiap saya diajak teman untuk memakai
jilbab mode itu saya selalu mengatakan “ah saya gak bisa pake kerudung kaya
begituan”. Eh ternyata ajakannya gak berenti sampe di situ, teman saya malah
bilang “tenang aja, gampang kok, saya ajarin deh”. Ciaaaat!!! Keukeuh banget
ya… Maka saya pun berkilah “ah nggak ah, ribet, nanti muka saya keliatan makin
bulet”. Ah, jawaban yang sekenanya. Entahlah kenapa saya tidak utarakan saja
alasan sebenernya yang ada di otak saya, yang keluar malah jawaban/alasan
sekenanya, paling parah alasan yang keluar “saya gak suka yang model gitu”.
Cukup sampe di situ, tidak ada penjelasan lanjutan.
Huh, lupakan teman-teman saya yang
gencar mengajak saya berjilbab dengan mode itu. Saya justru terkejut dengan
keinginan salah seorang teman saya. Di tengah maraknya mode jilbab yang
“menarik” ini, teman saya itu justru menyatakan keinginannnya untuk berjilbab
lebar dan tebal. Begini kalimat yang diutarakannya pada saya lewat percakapan
via whatsapp : “teh, kalo beli
kerudung besar+tebel yg kaya punya teteh belinya dimana biasanya? Pengen..
hehe”. Bahkan ketika obrolan kami beralih pada topik lain, di ujung
percakapannya dia kembali mengingatkan untuk memberi info tentang toko yang
menjual krudung lebar+tebal. Subhanallah.. Benarlah bahwa jika Allah
berkehendak untuk memberi hidayah, maka waktu itu akan datang bahkan di waktu
yang tidak kita duga. Alhamdulillah,,masih ada yang justru ingin memakai jilbab
lebar dan tebal.
Akhwat, kita menarik…dari dulu
kita sudah menarik…kita menarik dengan segala yang kau miliki…sungguh Allah
memuliakan kita…sungguh Allah ingin menjaga kita..tak perlu kita sibuk membuat diri
menarik di depan manusia, mari sibukkan diri kita agar menarik di hadapan
Allah..semoga keberkahan jilbab akan kita dapatkan ketika kita mengikuti
perintahNya…
Setiap orang memiliki sejarah atau
alasan masing-masing kenapa ia sampai berjilbab. Apapun sejarahnya sampai kita
behijrah untuk berjilbab saat itu, satu yang harus sama-sama kita yakini
sekarang bahwa jilbab inilah yang akan menjaga kita dan kitalah yang harus
menjaga jilbab ini. Apapun alasan kita berjilbab saat itu, yang harus kita
tekankan saat ini adalah kita berjilbab karena Allah ta’ala. Mencintai jilbab
berarti mencintai Allah. Mencintai Allah berarti mengenyampingkan kecintaan
kita terhadap dunia. Saya mencintai cara saya berjilbab sekarang. Saya akan
selalu mencintai cara saya berjilbab seperti saat ini. Dan semoga Allah menjaga
saya dengan jilbab ini.
Sesaat sebelum saya memasukan tulisan
ini dalam blog saya, saya membaca twitter milik Helvy Tiana Rosa, salah satu
nya: Mari
berbusana muslimah dgn menggunakan #jilbab scr
syar'i tp tak perlu sinis terhadap yg modis. Sesuai syariah dan modis kan bisa
:).
Haha,,,dengan tulisan ini bukan berarti saya sinis terhadap mode
jilbab ini. Seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan saya beberapa waktu
lalu (yang juga tentang jilbab) bahwa saya tidak memiliki kapasitas untuk
mengatakan bahwa sesuatu benar atau pun salah. Saya hanya berpendapat, dan ini
blog saya maka inilah tempat saya bisa mengutarakan pendapat saya. Modis tapi
syar’i memang gak masalah..tapi mari maknai syar’i lebih dalam..komprehensif,
tidak setengah2..
Wallahu a’lam…
4 September 2012 (International
Hijab Solidarity Day)
Semoga semangat berjilbab yang
sesungguhnya tumbuh kuat dan semakin kuat di hati setiap muslimah. Allahuakbar!