rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Minggu, 08 April 2012

..dua puluh tiga, tua atau dewasa?..

Bismillaahirrahmaanirrahiim..


Orang bilang: tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Sejenak saya bingung dengan arti kalimat ini. Namun setelah melalui proses berpikir yang panjang dan lebar *gk penting, akhirnya saya mendapatkan definisi kalimat ini. Entahlah tepat atau tidak, setidaknya saya memiliki sendiri definisi kalimat ini.


Ya, sekitar satu pekan yang lalu tepatnya tanggal 3 april, genap sudah 23 tahun saya menjadi penghuni bumi ini. Artinya, sudah 23 kali saya melewati tanggal 3 april. Setiap tanggal 3 april di tiap tahunnya entah mengapa ada saja yang berbeda. Tahun ini, tidak ada lagi kejutan-kejutan macam jaman saya kuliah. Diguyur air lah, pintu kamar kosan diketok keras-keras lah, ataupun kueh ulang tahun dan kadonya. Tidak ada, tidak ada lagi hal-hal macam itu. Pagi itu hanya diawali bangun dini hari dengan rasa kaget luar biasa karena malam itu saya ketiduran dengan tugas yang terbengkalai..oalaaah..kesal sekali rasanya! Baru beberapa menit kemudian saya sadar itu tanggal 3 april, saya raih HP saya, ada beberapa sms (walaupun tidak sebanyak dulu). Kejutan, sms pertama masuk dari wanita luar biasa: IBU. Isinya pendek, namun paling berarti menurutku. Benar-benar tidak ada yang biasanya, bahkan saya dibuat tergelak melihat ekspresi 2 teman kosan saya yang baru sadar hari itu saya milad ketika sampai di kampus. Saya kira merka pura-pura lupa, ternyata lupa beneran *tepok jidat. Dan SMS-SMS berikutnya hingga malam datang lagi membuat saya berpikir bahwa 3 april memang istimewa, bukan karna hari milad saya, tapi setidaknya 3 april adalah hari dimana banyak orang mengingat dan mendoakan saya, alhamdulillah...


Dan ini lah yang khas dari 3 april yang ke-23...
Lebih dari setengah ucapan lewat SMS, wall fb maupun ucapan langsung menambahkan suatu doa yang cukup berbeda dari tahun kemaren. Hmm,,mungkin biasa untuk sebagian orang, namun menurut saya ini di luar yang biasa. "semoga dimudahkan jodohnya, semoga cepet nikah, semoga cepet ketemu jodohnya", la la la...doa semacam itu lah yang membuat diri ini merasakan sesuatu yang banyak orang bilang dengan "galau".


Ah,,dua puluh tiga..apa memang sudah waktunya? Seorang teman menjawab " ya wajarlah put, liat aja ucapan-ucapan berikutnya, pasti banyak yang ngungkit2 jodoh. da waktunya" ketika saya mengeluh tentang hal ini saat pagi hari. Ya, dia memang benar. Hanya beberapa yang tidak mengungkit sesuatu yang berbau "pernikahan".


Berbicara tentang pernikahan tentunya berbicara tentang kesiapan. Namun ketika berdiskusi dengan beberapa teman, saya malah ditanya "emang siap tu yang kaya gimana?". Nah loh, saya bingung.
SIAP? haha... Ternyata hal ini masih tabu buat saya. 
Saya bingung mendefinisikan kata siap. Ternyata saya bukan hanya belum siap menikah, tapi saya pun belum siap mendefinisikan kata siap. 


Huft,,membicarakan persiapan nikah menurut saya tidak mudah. Karna ini merupakan proses mempersiapkan diri untuk menyatukan banyak hal, bukan hanya 2 manusia, bukan hanya 2 keluarga, bukan hanya 2 hati, bukan hanya 2 kebiasaan, tapi banyak hal yang harus dipersatukan nantinya. Kalau coba mengevaluasi diri dari definisi siap sementara yang saya miliki, maka nampaknya prosesi sakral itu tampaknya akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.


Namun...
ada hal yang selalu membuat saya mempertimbangkan ini, apalagi kalau bukan permintaan orang tua. Bapak tidak pernah bilang secara terang-terangan, namun ternyata dibalik itu semua beliau selalu bertanya tentang hal ini ke ibu. Rupanya beliau merasa agak khawatir melihat saya yang gak pernah pacaran, gak pernah membawa teman laki-laki ke rumah, atau bahkan mendengar kabar saya dekat dengan seorang laki-laki. Haha...
Kalau ibu, lebih mengerti tentang hal-hal yang dikhawatirkan bapak itu. Namun tetap saja harapan untuk menyegerakan hal ini menjadi harapan ibu saat ini. Alasannya? "mumpung ibu masih kuat untuk ikut ngasuh cucu".  :'(

Ibu,,,mengertilah..bukannya aku tak mau..diri ini jelas ingin..
tapi...
biarkan aku mengabdi dulu pada bapak dan ibu..
merawat bapak dan ibu di hari tua..
Ibu..bukannya aku tak mau..diri ini jelas ingin.
tapi..
mau saja ku rasa tak cukup.
biarkan aku mempersiapkan yang terbaik untuknya.
Tenang ibuku..
pernikahan juga salah satu tujuanku,,
telah masuk timeline hidupku,,
Biarkan proses pendewasaan memantapkan kesiapanku..


Semoga tulisan ini bukan tulisan penambah kegalauan.
Hanya berharap, tulisan ini bermanfaat, setidaknya bagi diri sendiri.


Jadi, tua atau dewasa? :D