Bismillaahirrahmaanirrahiim..
"Kalau kerja di wilayah emergency, harus jadi perkasa, gak cowo gak cewe, semua harus cekatan".
Itulah sepotong kalimat dari Pak Niko, seorang perawat yang sudah belasan tahun mengabdikan hidupnya sebagai perawat, dan usia pengabdiannya kepada Cath Lab RSHS adalah sama dengan usia Cath Lab RSHS.
Kalimat itu terlontar begitu saja ketika kami sedang mengobrol santai sambil menunggu jadwal angiografi koroner pertama yang tidak juga kunjung dimulai, padahal alat sudah kami siapkan. Obrolan ini juga secara tidak langsung disebabkan oleh kejadian sehari sebelumnya, yaitu ketika saya menjadi "pasien" di depan pasien.
Haha, agak geli jika teringat kejadian di hari senin kemarin..Itulah untuk pertama kalinya saya merasakan pingsan dan untuk ke-2 kalinya sy merasakan terapi oksigen bi nasal kanul (pertama kali saat akan menjalani appendictomy). Hari itu, Senin 24 September 2012, adalah hari pertama di minggu ke-2 saya menjalani pelatihan perawat Cath Lab/angiografi di RSHS. Hari itu pertama kalinya saya mencoba up sheat, yaitu tindakan mencabut sheat introducer atau tempat masuknya kateter yang menuju jantung (aaah ribet nerangin yang beginian, hehe). Alhamdulillah, langkah pertama dah OK, darah tidak memancar, intinya saya menekan di daerah yang tepat. Namun, sekali lagi saya tekankan, ini adalah pengalaman pertama saya. Mencoba menyadari bahwa ini adalah tindakan kecil yang penting. Kalau tindakan tidak tepat, bahayanya bisa besar. Lima menit berlalu, masih OK, sambil mengobrol dengan 2 rekan pelatihan yang lain dan 1 perawat senior membuat pengalaman pertama ini cukup menyenangkan. Namun tidak beberapa lama kemudian, entah di menit ke berapa, tiba2 pandangan saya menjadi abu-abu selama beberapa detik, lalu terang kembali..gak sadar kalau itu bukan pertanda yang baik. Lalu kepala agak terasa melayang, perut pun terasa mual, dan saya baru sadar sepertinya saya terserang hipoglikemi. Hanya dalam hitungan detik, tubuh sudah lunglai, haha, untung sempat meminta rekan saya mengganti posisi saya.
Kejadian itu membuat saya "jera" untuk terlalu meremehkan kata menjaga kesehatan dengan makanan. Pasca kejadian itu, tentu saja saya sering mendapat peringatan terutama saat pagi "sudah sarapan belum put?", atau saat jam istirahat siang "puput, hayu makan nasi, biar gak pingsan lagi!". Haha, malu sebenarnya, tapi tak apalah, seenggaknya saya mendapat pengalaman berharga.
Menjadi "perkasa", sepertinya memang ini yang sudah takdirkan oleh Allah kepada saya. Kembali memasuki ranah kerja yang cukup berbau emergency. Saat kuliah dulu, saya penasaran dengan organisasi yang bernama PNC. Dan ternyata di organisasi ini saya ditempa untuk jadi wanita perkasa. Masa-masa diklat adalah masa-masa bersahabat dengan lari, push up, sit up, dan berbagai aktivitas fisik lainnya. Bukan, saya bukan sedang disiksa, tapi saya sedang dilatih menjadi penolong yang kuat, penolong yang perkasa.
Nah, sekarang saya lagi-lagi bertemu dengan area yang menuntut saya menjadi perkasa. Bersahabat dengan alat-alat yang berat, jam kerja yang kadang gak bisa ditebak, kecekatan, kecepatan, ketepatan, dan lain2nya.
Semoga Allah menguatkan fisik dan hati ini...untuk menjalani apa yang telah digariskan olehNya..
Menjadi kuat bukan untuk menjadi angkuh, namun menjadi kuat untuk kepentingan umat..
Menjadi kuat lah, agar bisa berbuat lebih banyak..
wallahua'alam...
Sabtu, 29 September 2012
Sabtu, 15 September 2012
I LOVE ALLAH..I LOVE ROHIS..
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Mungkin sudah dapat ditebak apa yang akan saya uraikan dalam
tulisan saya kali ini. Tepat sekali kalau anda menebak bahwa latar belakang
penulisan kali ini adalah karena pemberitaan salah satu stasiun TV swasta yang
memuat berita tentang pola rekrutmen teroris yang menyinggung keberadaan Rohis.
Namun saya tidak bermaksud frontal untuk reaktif terhadap pemberitaan ini. Saya
hanya ingin menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya.
Saya pernah menulis postingan yang berjudul “rindu ini”
dimana di dalam tulisan itu saya uraikan bahwa betapa saya rindu dengan hiruk
pikuk kegiatan rohis. Saya benar-benar mencintai Rohis, karna apa? Karna di
sini lah cinta saya pada Allah semakin hari semakin bersemi.
Mereka bilang Rohis adalah awal dari pembentukan teroris…
Begini saja, selama kuliah saya masuk rohis dan benar-benar larut dalam
kepengurusan rohis selama 3 tahun. Lepas dari 3 tahun tidak lantas saya
benar-benar lepas dari rohis, saya masih berhubungan baik dengan adik-adik saya
di rohis. Nah dalam kurun waktu yang cukup lama itu, kalaulah memang saya
diajarkan menjadi teroris, mungkin harusnya saat ini saya sedang merakit bom,
atau sedang menyusun strategi peneroran atau bahkan sedang manjadi buronan
polisi karna aksi teroris yang telah saya lakukan. Tapi apa nyatanya? Saat ini
saya tidak melakukan apapun itu yang berbau teroris, justru saya dibuat bengong
oleh pemberitaan teroris, dan dibuat sedikit geram dengan pemberitaan teroris
yang dikaitkan dengan rohis. Karna apa? Because I’m Rohis and I’m not a
terorist!
Menurut saya, berita itu benar-benar berita yang keren tapi
tidak cerdas. Jelas tidak cerdas, lihatlah betapa banyak orang cerdas di
Indonesia ini atau bahkan dunia ini yang dulunya adalah anak Rohis. Mereka yang
memberitakan ini pasti bukan anak rohis, karna mereka tidak tahu apa yang kami dapatkan
dan lakukan di Rohis.
Dan ini lah Rohis dalam pandangan saya…
Rohis adalah tempat saya menemukan cinta…cinta pada sahabat,
cinta pada dakwah, dan segala sesuatu yang membuat saya semakin mencintai
Allah. Di rohis saya diajarkan untuk melihat segala sesuatu secara
komprehensif. Di rohis cinta saya pada Allah dan RasulNya semakin dikuatkan,
dan saya diajarkan cara meningkatkan kecintaan itu dengan cara yang cerdas,
bukan cara yang menyesatkan. Rohis adalah rumah yang nyaman bagi saya. Rumah
persinggahan ternyaman yang pernah saya singgahi selain rumah keluarga.
Jadi jelaslah jika banyak yang begitu reaktif terhadap
pemberitaan ini. Apa yang anak rohis rasakan dengan berita itu? Silakan
bayangkan bahwa tersiar berita keluarga anda dituduh sebagai sarang teroris.
Pasti anda tidak terima dan mati-matian akan membela. Itu lah kami.. Karna
Rohis adalah keluarga.. Rohis adalah cinta.. Cinta yang tidak sembarang dapat
dirasakan jika anda bukan anak rohis.
Dari dulu, hingga hari ini dan sampai nanti saya adalah anak
rohis dan saya cinta rohis… Dari dulu hingga hari ini dan sampai nanti saya
bukan teroris dan saya benci teroris.
I LOVE ALLAH..and I LOVE ROHIS because of ALLAH..
Wallahu a’lam…
Selasa, 04 September 2012
Jilbabku..oh jilbabku..
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Teringat suatu momen di sore hari, saat hari-hari awal
Romadhon kemaren. Saat itu sedang membeli makanan untuk buka puasa -maklum saat
itu masih menyandang gelar “anak kost”- di suatu warung nasi. Bukan..bukan
warung nasinya yang menarik bagi saya, melainkan TV di warung nasi tersebut.
Bukan..bukan juga TV nya yang menarik, melainkan tayangan di TV tersebut yang
menarik. Saat itu Romadhon, jelas banyak acara TV berlomba menayangkan segala
hal berbau ke-Islam-an. Bahkan acara gosip pun tak kalah ingin menyajikan acara
beberbau Islam. Haha, walaupun jelas gak matching sementara gosip saja dilarang
dalam Islam. Baiklah, kembali ke ‘sesuatu’ yang membuat saya tertarik tadi,
jadi sore itu suatu acara gosip menayangkan berita seorang selebritis yang
membuka sebuah bisnis toko kerudung yang lagi “nge-trend” akhir-akhir ini.
Entahlah apa nama mode nya, yang jelas mode seperti itu memang sedang digemari
banyak muslimah. Dalam acara tersebut bahkan disebutkan bahwa sang selebritis
membuat satu buku khusus bagaimana membuat kreasi jilbab seperti yang
dipakainya. Seolah-olah beliau lah trend setter dari mode tersebut, dan semua
orang yang memakai jilbab seperti gayanya akan bangga dengan mengatakan bahwa
ia memakai jilbab ala sang selebritis.
Baiklah, banyak komentar yang
mengalir tentang jilbab mode ini. Komentar tersebut mengalir begitu saja tanpa
diminta, apalagi permisi. Yah, sesatu yang heboh pasti selalu mengundang
komentar, baik positif maupun negatif. Positifnya, berkat mode jilbab seperti
ini banyak orang yang tidak lagi memandang jilbab sebelah mata apalagi
mengatakan bahwa muslimah berjilbab itu kuno (astaghfirullah). Jilbab kini
digemari. Banyak yang hijrah untuk berjilbab. Seolah-olah gairah berjilbab kini
bangkit menjalari kaum muslimah, baik muda maupun tua. Jilbab pun tidak lagi
menjadi suatu yang monoton, berwarna-warni, “unyu-unyu kalo anak jaman sekarang
bilang.. Yah, begitu MENARIK..sangat MENARIK.
Lalu, bagaimana dengan saya?
Baiklah, ini blog saya, maka inilah tempat saya berkomentar (jd, please jangan
protes! Hehe). Seperti ada hitam maka ada putih, ada gelap ada terang, ada tua
ada muda, maka tak heran jika di samping komentar positif akan ada komentar
negatif. Dan saya adalah salah satu yang memiliki komentar agak negatif
terhadap mode krudung yang sedang “nge-trend” ini. Sungguh saya pun
menyayangkan diri sendiri kenapa harus menempatkan diri sebagai orang yang
memiliki kesan negatif terhadap sesuatu yang banyak orang nilai sebagai suatu
yang positif ini. Saya juga bingung, kenapa justru banyak kesan negatif yang muncul
di benak saya tentang jilbab mode ini. Hanya satu yang saya syukuri dari jilbab
mode ini: semangat berjilbab menjadi tinggi, selain itu saya rasa saya tidak
setuju.
Kenapa?
Saya coba mengingat definisi
jilbab yang pernah diuraikan oleh salah seorang pembicara dalam suatu seminar
tentang jilbab beberapa tahun yang lalu. Sang pembicara menguraikan definisi
jilbab berdasarkan Al-Qur’an: “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah
maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59). Jadi, jelas lah kalo jilbab
itu bukan penutup rambut atau kepala aja, tapi menutupi seluruh tubuh kecuali
yang biasa nampak. Truuuus, jilbab itu menutupi dada (QS. An-Nur: 31), jadi
apakah bisa disebut jilbab kalau tetap menonjolkan lekuk dada kita? Hmm..
Loh? Kan mode jilbab ini bisa
dipanjangin…Nutupin dada kok…
Oke, ini yang muncul di pikiran
saya tentang pernyataan ini:
Sekarang mari kita tanya dalam hati masing-masing, apa yang
kita harapkan saat orang lain melihat jilbab yang kita pakai? Apakah kita
berharap mereka akan mengagumi jilbab kita, mengatakan kita semakin cantik jika
berjilbab, atau bahkan berharap jilbab kita menarik bagi lawan jenis kita. Naudzubillahi mindzalik. Mari kita
jawab pertanyaan ini dengan jujur, setidaknya kita jujur pada diri kita
masing-masing: masihkah kita memiliki tujuan yang salah dalam berjilbab? Benar,
segala sesuatu bermula dari niat kita. Maukah nilai mulia jilbab yang kita
pakai luntur karna niat kita yang salah? Kita sama-sama tau mode jilbab yang lagi nge-trend ini lucu2 banget, menarik, warna-warni, "sesutu banget" kalo kata Syahrini, hehe... Saya pun teringat saat sang selebritis
diwawancarai tentang mode jilbab yang diusungnya itu. Intinya supaya jilbab terlihat
lebih menarik dan enak dilihat. Entahlah, mungkin saya yang salah dalam
mengartikan kalimatnya, namun menurut saya jilbab dipakai bukan agar kita lebih
menarik, justru agar hal-hal menarik pada tubuh kita tersembunyi dari
orang-orang yang haram melihatnya. Maka jika maksud kita berjilbab seperti itu
adalah agar lebih menarik, sekali lagi saya katakan periksa lagi tujuan jilbab
itu apa. Allah tidak akan salah menilai niat hambaNya.
Kenapa saya gak tertarik pada
jilbab mode ini? Satu jawaban saya: ya saya memang tidak tertarik. Saya akui
saya tidak pandai berkreasi seperti itu. Setiap saya diajak teman untuk memakai
jilbab mode itu saya selalu mengatakan “ah saya gak bisa pake kerudung kaya
begituan”. Eh ternyata ajakannya gak berenti sampe di situ, teman saya malah
bilang “tenang aja, gampang kok, saya ajarin deh”. Ciaaaat!!! Keukeuh banget
ya… Maka saya pun berkilah “ah nggak ah, ribet, nanti muka saya keliatan makin
bulet”. Ah, jawaban yang sekenanya. Entahlah kenapa saya tidak utarakan saja
alasan sebenernya yang ada di otak saya, yang keluar malah jawaban/alasan
sekenanya, paling parah alasan yang keluar “saya gak suka yang model gitu”.
Cukup sampe di situ, tidak ada penjelasan lanjutan.
Huh, lupakan teman-teman saya yang
gencar mengajak saya berjilbab dengan mode itu. Saya justru terkejut dengan
keinginan salah seorang teman saya. Di tengah maraknya mode jilbab yang
“menarik” ini, teman saya itu justru menyatakan keinginannnya untuk berjilbab
lebar dan tebal. Begini kalimat yang diutarakannya pada saya lewat percakapan
via whatsapp : “teh, kalo beli
kerudung besar+tebel yg kaya punya teteh belinya dimana biasanya? Pengen..
hehe”. Bahkan ketika obrolan kami beralih pada topik lain, di ujung
percakapannya dia kembali mengingatkan untuk memberi info tentang toko yang
menjual krudung lebar+tebal. Subhanallah.. Benarlah bahwa jika Allah
berkehendak untuk memberi hidayah, maka waktu itu akan datang bahkan di waktu
yang tidak kita duga. Alhamdulillah,,masih ada yang justru ingin memakai jilbab
lebar dan tebal.
Akhwat, kita menarik…dari dulu
kita sudah menarik…kita menarik dengan segala yang kau miliki…sungguh Allah
memuliakan kita…sungguh Allah ingin menjaga kita..tak perlu kita sibuk membuat diri
menarik di depan manusia, mari sibukkan diri kita agar menarik di hadapan
Allah..semoga keberkahan jilbab akan kita dapatkan ketika kita mengikuti
perintahNya…
Setiap orang memiliki sejarah atau
alasan masing-masing kenapa ia sampai berjilbab. Apapun sejarahnya sampai kita
behijrah untuk berjilbab saat itu, satu yang harus sama-sama kita yakini
sekarang bahwa jilbab inilah yang akan menjaga kita dan kitalah yang harus
menjaga jilbab ini. Apapun alasan kita berjilbab saat itu, yang harus kita
tekankan saat ini adalah kita berjilbab karena Allah ta’ala. Mencintai jilbab
berarti mencintai Allah. Mencintai Allah berarti mengenyampingkan kecintaan
kita terhadap dunia. Saya mencintai cara saya berjilbab sekarang. Saya akan
selalu mencintai cara saya berjilbab seperti saat ini. Dan semoga Allah menjaga
saya dengan jilbab ini.
Sesaat sebelum saya memasukan tulisan
ini dalam blog saya, saya membaca twitter milik Helvy Tiana Rosa, salah satu
nya: Mari
berbusana muslimah dgn menggunakan #jilbab scr
syar'i tp tak perlu sinis terhadap yg modis. Sesuai syariah dan modis kan bisa
:).
Haha,,,dengan tulisan ini bukan berarti saya sinis terhadap mode
jilbab ini. Seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan saya beberapa waktu
lalu (yang juga tentang jilbab) bahwa saya tidak memiliki kapasitas untuk
mengatakan bahwa sesuatu benar atau pun salah. Saya hanya berpendapat, dan ini
blog saya maka inilah tempat saya bisa mengutarakan pendapat saya. Modis tapi
syar’i memang gak masalah..tapi mari maknai syar’i lebih dalam..komprehensif,
tidak setengah2..
Wallahu a’lam…
4 September 2012 (International
Hijab Solidarity Day)
Semoga semangat berjilbab yang
sesungguhnya tumbuh kuat dan semakin kuat di hati setiap muslimah. Allahuakbar!
Langganan:
Postingan (Atom)