rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Sabtu, 29 September 2012

"wanita perkasa"

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

"Kalau kerja di wilayah emergency, harus jadi perkasa, gak cowo gak cewe, semua harus cekatan".
Itulah sepotong kalimat dari Pak Niko, seorang perawat yang sudah belasan tahun mengabdikan hidupnya sebagai perawat, dan usia pengabdiannya kepada Cath Lab RSHS adalah sama dengan usia Cath Lab RSHS.
Kalimat itu terlontar begitu saja ketika kami sedang mengobrol santai sambil menunggu jadwal angiografi koroner pertama yang tidak juga kunjung dimulai, padahal alat sudah kami siapkan. Obrolan ini juga secara tidak langsung disebabkan oleh kejadian sehari sebelumnya, yaitu ketika saya menjadi "pasien" di depan pasien.
Haha, agak geli jika teringat kejadian di hari senin kemarin..Itulah untuk pertama kalinya saya merasakan pingsan dan untuk ke-2 kalinya sy merasakan terapi oksigen bi nasal kanul (pertama kali saat akan menjalani appendictomy). Hari itu, Senin 24 September 2012, adalah hari pertama di minggu ke-2 saya menjalani pelatihan perawat Cath Lab/angiografi di RSHS. Hari itu pertama kalinya saya mencoba up sheat, yaitu tindakan mencabut sheat introducer atau tempat masuknya kateter yang menuju jantung (aaah ribet nerangin yang beginian, hehe). Alhamdulillah, langkah pertama dah OK, darah tidak memancar, intinya saya menekan di daerah yang tepat. Namun, sekali lagi saya tekankan, ini adalah pengalaman pertama saya. Mencoba menyadari bahwa ini adalah tindakan kecil yang penting. Kalau tindakan tidak tepat, bahayanya bisa besar. Lima menit berlalu, masih OK, sambil mengobrol dengan 2 rekan pelatihan yang lain dan 1 perawat senior membuat pengalaman pertama ini cukup menyenangkan. Namun tidak beberapa lama kemudian, entah di menit ke berapa, tiba2 pandangan saya menjadi abu-abu selama beberapa detik, lalu terang kembali..gak sadar kalau itu bukan pertanda yang baik. Lalu kepala agak terasa melayang, perut pun terasa mual, dan saya baru sadar sepertinya saya terserang hipoglikemi. Hanya dalam hitungan detik, tubuh sudah lunglai, haha, untung sempat meminta rekan saya mengganti posisi saya.

Kejadian itu membuat saya "jera" untuk terlalu meremehkan kata menjaga kesehatan dengan makanan. Pasca kejadian itu, tentu saja saya sering mendapat peringatan terutama saat pagi "sudah sarapan belum put?", atau saat jam istirahat siang "puput, hayu makan nasi, biar gak pingsan lagi!". Haha, malu sebenarnya, tapi tak apalah, seenggaknya saya mendapat pengalaman berharga.

Menjadi "perkasa", sepertinya memang ini yang sudah takdirkan oleh Allah kepada saya. Kembali memasuki ranah kerja yang cukup berbau emergency. Saat kuliah dulu, saya penasaran dengan organisasi yang bernama PNC. Dan ternyata di organisasi ini saya ditempa untuk jadi wanita perkasa. Masa-masa diklat adalah masa-masa bersahabat dengan lari, push up, sit up, dan berbagai aktivitas fisik lainnya. Bukan, saya bukan sedang disiksa, tapi saya sedang dilatih menjadi penolong yang kuat, penolong yang perkasa.
Nah, sekarang saya lagi-lagi bertemu dengan area yang menuntut saya menjadi perkasa. Bersahabat dengan alat-alat yang berat, jam kerja yang kadang gak bisa ditebak, kecekatan, kecepatan, ketepatan, dan lain2nya.

Semoga Allah menguatkan fisik dan hati ini...untuk menjalani apa yang telah digariskan olehNya..
Menjadi kuat bukan untuk menjadi angkuh, namun menjadi kuat untuk  kepentingan umat..
Menjadi kuat lah, agar bisa berbuat lebih banyak..

wallahua'alam...

Sabtu, 15 September 2012

I LOVE ALLAH..I LOVE ROHIS..


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Mungkin sudah dapat ditebak apa yang akan saya uraikan dalam tulisan saya kali ini. Tepat sekali kalau anda menebak bahwa latar belakang penulisan kali ini adalah karena pemberitaan salah satu stasiun TV swasta yang memuat berita tentang pola rekrutmen teroris yang menyinggung keberadaan Rohis. Namun saya tidak bermaksud frontal untuk reaktif terhadap pemberitaan ini. Saya hanya ingin menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya.
Saya pernah menulis postingan yang berjudul “rindu ini” dimana di dalam tulisan itu saya uraikan bahwa betapa saya rindu dengan hiruk pikuk kegiatan rohis. Saya benar-benar mencintai Rohis, karna apa? Karna di sini lah cinta saya pada Allah semakin hari semakin bersemi.
Mereka bilang Rohis adalah awal dari pembentukan teroris… Begini saja, selama kuliah saya masuk rohis dan benar-benar larut dalam kepengurusan rohis selama 3 tahun. Lepas dari 3 tahun tidak lantas saya benar-benar lepas dari rohis, saya masih berhubungan baik dengan adik-adik saya di rohis. Nah dalam kurun waktu yang cukup lama itu, kalaulah memang saya diajarkan menjadi teroris, mungkin harusnya saat ini saya sedang merakit bom, atau sedang menyusun strategi peneroran atau bahkan sedang manjadi buronan polisi karna aksi teroris yang telah saya lakukan. Tapi apa nyatanya? Saat ini saya tidak melakukan apapun itu yang berbau teroris, justru saya dibuat bengong oleh pemberitaan teroris, dan dibuat sedikit geram dengan pemberitaan teroris yang dikaitkan dengan rohis. Karna apa? Because I’m Rohis and I’m not a terorist!
Menurut saya, berita itu benar-benar berita yang keren tapi tidak cerdas. Jelas tidak cerdas, lihatlah betapa banyak orang cerdas di Indonesia ini atau bahkan dunia ini yang dulunya adalah anak Rohis. Mereka yang memberitakan ini pasti bukan anak rohis, karna mereka tidak tahu apa yang kami dapatkan dan lakukan di Rohis.
Dan ini lah Rohis dalam pandangan saya…
Rohis adalah tempat saya menemukan cinta…cinta pada sahabat, cinta pada dakwah, dan segala sesuatu yang membuat saya semakin mencintai Allah. Di rohis saya diajarkan untuk melihat segala sesuatu secara komprehensif. Di rohis cinta saya pada Allah dan RasulNya semakin dikuatkan, dan saya diajarkan cara meningkatkan kecintaan itu dengan cara yang cerdas, bukan cara yang menyesatkan. Rohis adalah rumah yang nyaman bagi saya. Rumah persinggahan ternyaman yang pernah saya singgahi selain rumah keluarga.
Jadi jelaslah jika banyak yang begitu reaktif terhadap pemberitaan ini. Apa yang anak rohis rasakan dengan berita itu? Silakan bayangkan bahwa tersiar berita keluarga anda dituduh sebagai sarang teroris. Pasti anda tidak terima dan mati-matian akan membela. Itu lah kami.. Karna Rohis adalah keluarga.. Rohis adalah cinta.. Cinta yang tidak sembarang dapat dirasakan jika anda bukan anak rohis.
Dari dulu, hingga hari ini dan sampai nanti saya adalah anak rohis dan saya cinta rohis… Dari dulu hingga hari ini dan sampai nanti saya bukan teroris dan saya benci teroris.
I LOVE ALLAH..and I LOVE ROHIS because of ALLAH..

Wallahu a’lam…

Selasa, 04 September 2012

Jilbabku..oh jilbabku..


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Teringat suatu momen di sore hari, saat hari-hari awal Romadhon kemaren. Saat itu sedang membeli makanan untuk buka puasa -maklum saat itu masih menyandang gelar “anak kost”- di suatu warung nasi. Bukan..bukan warung nasinya yang menarik bagi saya, melainkan TV di warung nasi tersebut. Bukan..bukan juga TV nya yang menarik, melainkan tayangan di TV tersebut yang menarik. Saat itu Romadhon, jelas banyak acara TV berlomba menayangkan segala hal berbau ke-Islam-an. Bahkan acara gosip pun tak kalah ingin menyajikan acara beberbau Islam. Haha, walaupun jelas gak matching sementara gosip saja dilarang dalam Islam. Baiklah, kembali ke ‘sesuatu’ yang membuat saya tertarik tadi, jadi sore itu suatu acara gosip menayangkan berita seorang selebritis yang membuka sebuah bisnis toko kerudung yang lagi “nge-trend” akhir-akhir ini. Entahlah apa nama mode nya, yang jelas mode seperti itu memang sedang digemari banyak muslimah. Dalam acara tersebut bahkan disebutkan bahwa sang selebritis membuat satu buku khusus bagaimana membuat kreasi jilbab seperti yang dipakainya. Seolah-olah beliau lah trend setter dari mode tersebut, dan semua orang yang memakai jilbab seperti gayanya akan bangga dengan mengatakan bahwa ia memakai jilbab ala sang selebritis.
Baiklah, banyak komentar yang mengalir tentang jilbab mode ini. Komentar tersebut mengalir begitu saja tanpa diminta, apalagi permisi. Yah, sesatu yang heboh pasti selalu mengundang komentar, baik positif maupun negatif. Positifnya, berkat mode jilbab seperti ini banyak orang yang tidak lagi memandang jilbab sebelah mata apalagi mengatakan bahwa muslimah berjilbab itu kuno (astaghfirullah). Jilbab kini digemari. Banyak yang hijrah untuk berjilbab. Seolah-olah gairah berjilbab kini bangkit menjalari kaum muslimah, baik muda maupun tua. Jilbab pun tidak lagi menjadi suatu yang monoton, berwarna-warni, “unyu-unyu kalo anak jaman sekarang bilang.. Yah, begitu MENARIK..sangat MENARIK.
Lalu, bagaimana dengan saya? Baiklah, ini blog saya, maka inilah tempat saya berkomentar (jd, please jangan protes! Hehe). Seperti ada hitam maka ada putih, ada gelap ada terang, ada tua ada muda, maka tak heran jika di samping komentar positif akan ada komentar negatif. Dan saya adalah salah satu yang memiliki komentar agak negatif terhadap mode krudung yang sedang “nge-trend” ini. Sungguh saya pun menyayangkan diri sendiri kenapa harus menempatkan diri sebagai orang yang memiliki kesan negatif terhadap sesuatu yang banyak orang nilai sebagai suatu yang positif ini. Saya juga bingung, kenapa justru banyak kesan negatif yang muncul di benak saya tentang jilbab mode ini. Hanya satu yang saya syukuri dari jilbab mode ini: semangat berjilbab menjadi tinggi, selain itu saya rasa saya tidak setuju.
Kenapa?
Saya coba mengingat definisi jilbab yang pernah diuraikan oleh salah seorang pembicara dalam suatu seminar tentang jilbab beberapa tahun yang lalu. Sang pembicara menguraikan definisi jilbab berdasarkan Al-Qur’an:  “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59). Jadi, jelas lah kalo jilbab itu bukan penutup rambut atau kepala aja, tapi menutupi seluruh tubuh kecuali yang biasa nampak. Truuuus, jilbab itu menutupi dada (QS. An-Nur: 31), jadi apakah bisa disebut jilbab kalau tetap menonjolkan lekuk dada kita? Hmm..
Loh? Kan mode jilbab ini bisa dipanjangin…Nutupin dada kok…
Oke, ini yang muncul di pikiran saya tentang pernyataan ini:
Sekarang mari kita tanya dalam hati masing-masing, apa yang kita harapkan saat orang lain melihat jilbab yang kita pakai? Apakah kita berharap mereka akan mengagumi jilbab kita, mengatakan kita semakin cantik jika berjilbab, atau bahkan berharap jilbab kita menarik bagi lawan  jenis kita. Naudzubillahi mindzalik. Mari kita jawab pertanyaan ini dengan jujur, setidaknya kita jujur pada diri kita masing-masing: masihkah kita memiliki tujuan yang salah dalam berjilbab? Benar, segala sesuatu bermula dari niat kita. Maukah nilai mulia jilbab yang kita pakai luntur karna niat kita yang salah? Kita sama-sama tau mode jilbab yang lagi nge-trend ini lucu2 banget, menarik, warna-warni, "sesutu banget" kalo kata Syahrini, hehe... Saya pun teringat saat sang selebritis diwawancarai tentang mode jilbab yang diusungnya itu. Intinya supaya jilbab terlihat lebih menarik dan enak dilihat. Entahlah, mungkin saya yang salah dalam mengartikan kalimatnya, namun menurut saya jilbab dipakai bukan agar kita lebih menarik, justru agar hal-hal menarik pada tubuh kita tersembunyi dari orang-orang yang haram melihatnya. Maka jika maksud kita berjilbab seperti itu adalah agar lebih menarik, sekali lagi saya katakan periksa lagi tujuan jilbab itu apa. Allah tidak akan salah menilai niat hambaNya.
Kenapa saya gak tertarik pada jilbab mode ini? Satu jawaban saya: ya saya memang tidak tertarik. Saya akui saya tidak pandai berkreasi seperti itu. Setiap saya diajak teman untuk memakai jilbab mode itu saya selalu mengatakan “ah saya gak bisa pake kerudung kaya begituan”. Eh ternyata ajakannya gak berenti sampe di situ, teman saya malah bilang “tenang aja, gampang kok, saya ajarin deh”. Ciaaaat!!! Keukeuh banget ya… Maka saya pun berkilah “ah nggak ah, ribet, nanti muka saya keliatan makin bulet”. Ah, jawaban yang sekenanya. Entahlah kenapa saya tidak utarakan saja alasan sebenernya yang ada di otak saya, yang keluar malah jawaban/alasan sekenanya, paling parah alasan yang keluar “saya gak suka yang model gitu”. Cukup sampe di situ, tidak ada penjelasan lanjutan.
Huh, lupakan teman-teman saya yang gencar mengajak saya berjilbab dengan mode itu. Saya justru terkejut dengan keinginan salah seorang teman saya. Di tengah maraknya mode jilbab yang “menarik” ini, teman saya itu justru menyatakan keinginannnya untuk berjilbab lebar dan tebal. Begini kalimat yang diutarakannya pada saya lewat percakapan via whatsapp : “teh, kalo beli kerudung besar+tebel yg kaya punya teteh belinya dimana biasanya? Pengen.. hehe”. Bahkan ketika obrolan kami beralih pada topik lain, di ujung percakapannya dia kembali mengingatkan untuk memberi info tentang toko yang menjual krudung lebar+tebal. Subhanallah.. Benarlah bahwa jika Allah berkehendak untuk memberi hidayah, maka waktu itu akan datang bahkan di waktu yang tidak kita duga. Alhamdulillah,,masih ada yang justru ingin memakai jilbab lebar dan tebal.
Akhwat, kita menarik…dari dulu kita sudah menarik…kita menarik dengan segala yang kau miliki…sungguh Allah memuliakan kita…sungguh Allah ingin menjaga kita..tak perlu kita sibuk membuat diri menarik di depan manusia, mari sibukkan diri kita agar menarik di hadapan Allah..semoga keberkahan jilbab akan kita dapatkan ketika kita mengikuti perintahNya…
Setiap orang memiliki sejarah atau alasan masing-masing kenapa ia sampai berjilbab. Apapun sejarahnya sampai kita behijrah untuk berjilbab saat itu, satu yang harus sama-sama kita yakini sekarang bahwa jilbab inilah yang akan menjaga kita dan kitalah yang harus menjaga jilbab ini. Apapun alasan kita berjilbab saat itu, yang harus kita tekankan saat ini adalah kita berjilbab karena Allah ta’ala. Mencintai jilbab berarti mencintai Allah. Mencintai Allah berarti mengenyampingkan kecintaan kita terhadap dunia. Saya mencintai cara saya berjilbab sekarang. Saya akan selalu mencintai cara saya berjilbab seperti saat ini. Dan semoga Allah menjaga saya dengan jilbab ini.
Sesaat sebelum saya memasukan tulisan ini dalam blog saya, saya membaca twitter milik Helvy Tiana Rosa, salah satu nya: Mari berbusana muslimah dgn menggunakan #jilbab scr syar'i tp tak perlu sinis terhadap yg modis. Sesuai syariah dan modis kan bisa :).
Haha,,,dengan tulisan ini bukan berarti saya sinis terhadap mode jilbab ini. Seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan saya beberapa waktu lalu (yang juga tentang jilbab) bahwa saya tidak memiliki kapasitas untuk mengatakan bahwa sesuatu benar atau pun salah. Saya hanya berpendapat, dan ini blog saya maka inilah tempat saya bisa mengutarakan pendapat saya. Modis tapi syar’i memang gak masalah..tapi mari maknai syar’i lebih dalam..komprehensif, tidak setengah2..
Wallahu a’lam…

4 September 2012 (International Hijab Solidarity Day)
Semoga semangat berjilbab yang sesungguhnya tumbuh kuat dan semakin kuat di hati setiap muslimah. Allahuakbar!