rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Selasa, 04 September 2012

Jilbabku..oh jilbabku..


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Teringat suatu momen di sore hari, saat hari-hari awal Romadhon kemaren. Saat itu sedang membeli makanan untuk buka puasa -maklum saat itu masih menyandang gelar “anak kost”- di suatu warung nasi. Bukan..bukan warung nasinya yang menarik bagi saya, melainkan TV di warung nasi tersebut. Bukan..bukan juga TV nya yang menarik, melainkan tayangan di TV tersebut yang menarik. Saat itu Romadhon, jelas banyak acara TV berlomba menayangkan segala hal berbau ke-Islam-an. Bahkan acara gosip pun tak kalah ingin menyajikan acara beberbau Islam. Haha, walaupun jelas gak matching sementara gosip saja dilarang dalam Islam. Baiklah, kembali ke ‘sesuatu’ yang membuat saya tertarik tadi, jadi sore itu suatu acara gosip menayangkan berita seorang selebritis yang membuka sebuah bisnis toko kerudung yang lagi “nge-trend” akhir-akhir ini. Entahlah apa nama mode nya, yang jelas mode seperti itu memang sedang digemari banyak muslimah. Dalam acara tersebut bahkan disebutkan bahwa sang selebritis membuat satu buku khusus bagaimana membuat kreasi jilbab seperti yang dipakainya. Seolah-olah beliau lah trend setter dari mode tersebut, dan semua orang yang memakai jilbab seperti gayanya akan bangga dengan mengatakan bahwa ia memakai jilbab ala sang selebritis.
Baiklah, banyak komentar yang mengalir tentang jilbab mode ini. Komentar tersebut mengalir begitu saja tanpa diminta, apalagi permisi. Yah, sesatu yang heboh pasti selalu mengundang komentar, baik positif maupun negatif. Positifnya, berkat mode jilbab seperti ini banyak orang yang tidak lagi memandang jilbab sebelah mata apalagi mengatakan bahwa muslimah berjilbab itu kuno (astaghfirullah). Jilbab kini digemari. Banyak yang hijrah untuk berjilbab. Seolah-olah gairah berjilbab kini bangkit menjalari kaum muslimah, baik muda maupun tua. Jilbab pun tidak lagi menjadi suatu yang monoton, berwarna-warni, “unyu-unyu kalo anak jaman sekarang bilang.. Yah, begitu MENARIK..sangat MENARIK.
Lalu, bagaimana dengan saya? Baiklah, ini blog saya, maka inilah tempat saya berkomentar (jd, please jangan protes! Hehe). Seperti ada hitam maka ada putih, ada gelap ada terang, ada tua ada muda, maka tak heran jika di samping komentar positif akan ada komentar negatif. Dan saya adalah salah satu yang memiliki komentar agak negatif terhadap mode krudung yang sedang “nge-trend” ini. Sungguh saya pun menyayangkan diri sendiri kenapa harus menempatkan diri sebagai orang yang memiliki kesan negatif terhadap sesuatu yang banyak orang nilai sebagai suatu yang positif ini. Saya juga bingung, kenapa justru banyak kesan negatif yang muncul di benak saya tentang jilbab mode ini. Hanya satu yang saya syukuri dari jilbab mode ini: semangat berjilbab menjadi tinggi, selain itu saya rasa saya tidak setuju.
Kenapa?
Saya coba mengingat definisi jilbab yang pernah diuraikan oleh salah seorang pembicara dalam suatu seminar tentang jilbab beberapa tahun yang lalu. Sang pembicara menguraikan definisi jilbab berdasarkan Al-Qur’an:  “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59). Jadi, jelas lah kalo jilbab itu bukan penutup rambut atau kepala aja, tapi menutupi seluruh tubuh kecuali yang biasa nampak. Truuuus, jilbab itu menutupi dada (QS. An-Nur: 31), jadi apakah bisa disebut jilbab kalau tetap menonjolkan lekuk dada kita? Hmm..
Loh? Kan mode jilbab ini bisa dipanjangin…Nutupin dada kok…
Oke, ini yang muncul di pikiran saya tentang pernyataan ini:
Sekarang mari kita tanya dalam hati masing-masing, apa yang kita harapkan saat orang lain melihat jilbab yang kita pakai? Apakah kita berharap mereka akan mengagumi jilbab kita, mengatakan kita semakin cantik jika berjilbab, atau bahkan berharap jilbab kita menarik bagi lawan  jenis kita. Naudzubillahi mindzalik. Mari kita jawab pertanyaan ini dengan jujur, setidaknya kita jujur pada diri kita masing-masing: masihkah kita memiliki tujuan yang salah dalam berjilbab? Benar, segala sesuatu bermula dari niat kita. Maukah nilai mulia jilbab yang kita pakai luntur karna niat kita yang salah? Kita sama-sama tau mode jilbab yang lagi nge-trend ini lucu2 banget, menarik, warna-warni, "sesutu banget" kalo kata Syahrini, hehe... Saya pun teringat saat sang selebritis diwawancarai tentang mode jilbab yang diusungnya itu. Intinya supaya jilbab terlihat lebih menarik dan enak dilihat. Entahlah, mungkin saya yang salah dalam mengartikan kalimatnya, namun menurut saya jilbab dipakai bukan agar kita lebih menarik, justru agar hal-hal menarik pada tubuh kita tersembunyi dari orang-orang yang haram melihatnya. Maka jika maksud kita berjilbab seperti itu adalah agar lebih menarik, sekali lagi saya katakan periksa lagi tujuan jilbab itu apa. Allah tidak akan salah menilai niat hambaNya.
Kenapa saya gak tertarik pada jilbab mode ini? Satu jawaban saya: ya saya memang tidak tertarik. Saya akui saya tidak pandai berkreasi seperti itu. Setiap saya diajak teman untuk memakai jilbab mode itu saya selalu mengatakan “ah saya gak bisa pake kerudung kaya begituan”. Eh ternyata ajakannya gak berenti sampe di situ, teman saya malah bilang “tenang aja, gampang kok, saya ajarin deh”. Ciaaaat!!! Keukeuh banget ya… Maka saya pun berkilah “ah nggak ah, ribet, nanti muka saya keliatan makin bulet”. Ah, jawaban yang sekenanya. Entahlah kenapa saya tidak utarakan saja alasan sebenernya yang ada di otak saya, yang keluar malah jawaban/alasan sekenanya, paling parah alasan yang keluar “saya gak suka yang model gitu”. Cukup sampe di situ, tidak ada penjelasan lanjutan.
Huh, lupakan teman-teman saya yang gencar mengajak saya berjilbab dengan mode itu. Saya justru terkejut dengan keinginan salah seorang teman saya. Di tengah maraknya mode jilbab yang “menarik” ini, teman saya itu justru menyatakan keinginannnya untuk berjilbab lebar dan tebal. Begini kalimat yang diutarakannya pada saya lewat percakapan via whatsapp : “teh, kalo beli kerudung besar+tebel yg kaya punya teteh belinya dimana biasanya? Pengen.. hehe”. Bahkan ketika obrolan kami beralih pada topik lain, di ujung percakapannya dia kembali mengingatkan untuk memberi info tentang toko yang menjual krudung lebar+tebal. Subhanallah.. Benarlah bahwa jika Allah berkehendak untuk memberi hidayah, maka waktu itu akan datang bahkan di waktu yang tidak kita duga. Alhamdulillah,,masih ada yang justru ingin memakai jilbab lebar dan tebal.
Akhwat, kita menarik…dari dulu kita sudah menarik…kita menarik dengan segala yang kau miliki…sungguh Allah memuliakan kita…sungguh Allah ingin menjaga kita..tak perlu kita sibuk membuat diri menarik di depan manusia, mari sibukkan diri kita agar menarik di hadapan Allah..semoga keberkahan jilbab akan kita dapatkan ketika kita mengikuti perintahNya…
Setiap orang memiliki sejarah atau alasan masing-masing kenapa ia sampai berjilbab. Apapun sejarahnya sampai kita behijrah untuk berjilbab saat itu, satu yang harus sama-sama kita yakini sekarang bahwa jilbab inilah yang akan menjaga kita dan kitalah yang harus menjaga jilbab ini. Apapun alasan kita berjilbab saat itu, yang harus kita tekankan saat ini adalah kita berjilbab karena Allah ta’ala. Mencintai jilbab berarti mencintai Allah. Mencintai Allah berarti mengenyampingkan kecintaan kita terhadap dunia. Saya mencintai cara saya berjilbab sekarang. Saya akan selalu mencintai cara saya berjilbab seperti saat ini. Dan semoga Allah menjaga saya dengan jilbab ini.
Sesaat sebelum saya memasukan tulisan ini dalam blog saya, saya membaca twitter milik Helvy Tiana Rosa, salah satu nya: Mari berbusana muslimah dgn menggunakan #jilbab scr syar'i tp tak perlu sinis terhadap yg modis. Sesuai syariah dan modis kan bisa :).
Haha,,,dengan tulisan ini bukan berarti saya sinis terhadap mode jilbab ini. Seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan saya beberapa waktu lalu (yang juga tentang jilbab) bahwa saya tidak memiliki kapasitas untuk mengatakan bahwa sesuatu benar atau pun salah. Saya hanya berpendapat, dan ini blog saya maka inilah tempat saya bisa mengutarakan pendapat saya. Modis tapi syar’i memang gak masalah..tapi mari maknai syar’i lebih dalam..komprehensif, tidak setengah2..
Wallahu a’lam…

4 September 2012 (International Hijab Solidarity Day)
Semoga semangat berjilbab yang sesungguhnya tumbuh kuat dan semakin kuat di hati setiap muslimah. Allahuakbar!

1 komentar:

Siti Rosita Rubbiyanti mengatakan...

adeuuh... :P

Posting Komentar